Senin, 15 November 2010

RONGGA PANGGUL

RONGGA PANGGUL
PELVIS (Panggul)

Panggul dibentuk oleh 4 (empat) buah tulang :
1. os coxae kiri dan kanan, membentuk dinding lateral dan anterior rongga panggul.
2. os coccygis dan os sacrum, bagian dari columna vertebralis, membentuk dinding posterior rongga panggul.
Os coxae sendiri masing-masing sebenarnya terdiri dari 3 tulang kecil yang bersatu, yaitu os ilium, os ischium dan os pubis.
RONGGA PANGGUL
Rongga panggul dibagi atas dan bawah oleh bidang apertura pelvis superior (dalam obstetri sering disebut sebagai pintu atas panggul, PAP).
Apertura pelvis superior dibentuk oleh :
- promontorium os sacrum di bagian posterior
- linea iliopectinea (linea terminalis dan pecten ossis pubis) di bagian lateral
- symphisis os pubis di bagian anterior
Inklinasi panggul
adalah sudut yang terbentuk antara bidang yang melalui apertura pelvis superior dengan bidang horisontal (pada keadaan normal sebesar 60’).
Bagian di atas / kranial terhadap apertura pelvis superior disebut sebagai pelvis spurium (pelvis major), merupakan bagian bawah / kaudal daripada rongga abdomen.
Makna obstetriknya adalah untuk menahan alat-alat dalam rongga perut dan menahan uterus yang berisi fetus yang terus bertambah besar secara bermakna mulai usia kehamilan bulan ketiga.
Bagian di bawah / kaudal terhadap apertura pelvis superior disebut sebagai pelvis verum (pelvis minor), merupakan rongga panggul yang sangat menentukan kapasitas untuk jalan lahir bayi pada waktu persalinan (verum=sebenarnya, disebut juga true pelvis).

Dinding-dinding rongga panggul
1. dinding anterior : pendek, dibentuk oleh corpus, rami dan symphisis ossium pubis
2. dinding posterior : dibentuk oleh permukaan ventral os sacrum dan os coccygis serta muskulus pyriformis yang membentang pada permukaan ventral os sacrum dan diliputi oleh fascie pelvis.
3. dinding lateral : dibentuk oleh bagian os coxae di bawah apertura pelvis superior, membrana obturatoria, ligamentum sacrotuberosum, ligamentum sacrospinosum, dan muskulus obturator internus dengan fascia obturatoria.
4. dinding inferior / dasar panggul : dibentuk oleh diaphragma pelvis (mm.levator ani, mm coccygei, fascia diaphragmatis pelvis, trigonum urogenitale) yang berfungsi menahan alat-alat rongga panggul. Diaphragma pelvis membagi lagi rongga panggul bagian bawah menjadi bagian rongga panggul utama (bagian atas diaphragma pelvis) dan bagian perineum (bagian bawah diaphragma pelvis).
PELVIS VERUM

Mempunyai pintu masuk yaitu apertura pelvis superior, dan pintu keluar apertura pelvis inferior (dalam obstetri disebut sebagai pintu bawah panggul, PBP).
Apertura pelvis inferior merupakan dua segitiga yang bersekutu pada alasnya (pada garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadica), dibentuk oleh :
1. segitiga bagian dorsal, trigonum anale, dibentuk oleh kedua ligamentum sacrotuberosum dan puncaknya terletak pada os coccygis.
2. segitiga bagian ventral, trigonum urogenitale, dibentuk oleh ramus inferior os pubis dan ramus inferior os ischium kiri dan kanan, dan puncaknya terletak pada symphisis os pubis.
Cavum pelvis (rongga panggul) yang mempunyai kepentingan obstetrik pada proses persalinan adalah rongga yang terletak antara pintu masuk dan pintu keluar panggul tersebut, berupa saluran pendek yang melengkung dengan bagian cekung menghadap ke depan.
KLASIFIKASI PANGGUL CALDWELL-MOLOY

Ada 4 tipe panggul dasar / karakteristik, menurut klasifikasi Caldwell-Moloy :
1. tipe gynaecoid : bentuk pintu atas panggul seperti ellips melintang kiri-kanan, hampir mirip lingkaran. Diameter transversal terbesar terletak di tengah. Dinding samping panggul lurus. Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).
2. tipe anthropoid : bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping panggul juga lurus. Merupakan jenis panggul tipikal golongan kera (ape type).
3. tipe android : bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter transversal terbesar terletak di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah bawah. Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).
4.
tipe platypelloid : bentuk pintu atas panggul seperti “kacang” atau “ginjal”. Diameter transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin lebar ke arah bawah.
N.B : Pada banyak kasus, bentuk panggul merupakan tipe campuran.

PERBEDAAN BENTUK PANGGUL WANITA DAN PRIA

1. Pada wanita, dinding pelvis spurium dangkal, SIAS menghadap ke ventral. Pada pria, dinding pelvis spurium tajam / curam, SIAS menghadap ke medial.
2. Pada wanita, apertura pelvis superior berbentuk oval. Pada pria, apertura pelvis superior berbentuk heart-shaped, lengkung, dengan promontorium os sacrum menonjol ke anterior.
3. Pada wanita, pelvis verum merupakan segmen pendek suatu kerucut panjang. Pada pria, pelvis verum merupakan segmen panjang suatu kerucut pendek.
4. Pada wanita, ukuran-ukuran diameter rongga panggul lebih besar (perbedaan sampai sebesar 0.5-1.5 cm) dibandingkan ukuran-ukuran diameter rongga panggul pria.
5. Pada wanita, apertura pelvis inferior berbentuk bundar, diameter lebih besar. Pada pria, apertura pelvis inferior berbentuk lonjong dan kecil.
6. Pada wanita, angulus subpubicus adalah sudut lebar / besar. Pada pria, angulus subpubicus merupakan sudut tajam / kecil.

BEBERAPA UKURAN PANGGUL WANITA YANG MEMILIKI MAKNA / KEPENTINGAN OBSTETRIK
Diameter anteroposterior pintu atas panggul (conjugata interna, conjugata vera)
Jarak antara promontorium os sacrum sampai tepi atas symphisis os pubis. Tidak dapat diukur secara klinik pada pemeriksaan fisis.
Secara klinik dapat diukur conjugata diagonalis, jarak antara promontorium os sacrum dengan tepi bawah symphisis os pubis, melalui pemeriksaan pelvimetri per vaginam.
Diameter obliqua pintu atas panggul
Jarak dari sendi sakroiliaka satu sisi sampai tonjolan pektineal sisi kontralateralnya (oblik/menyilang).
Diameter transversa pintu atas panggul
Diameter terpanjang kiri-kanan dari pintu atas panggul. Bukan sungguh “diameter” karena tidak melalui titik pusat pintu atas panggul.
Diameter / distantia interspinarum pada rongga panggul
Jarak antara kedua ujung spina ischiadica kiri dan kanan.
Diameter anteroposterior pintu bawah panggul
Jarak antara ujung os coccygis sampai pinggir bawah symphisis os pubis.
Diameter transversa pintu bawah panggul
Jarak antara bagian dalam dari kedua tuberositas os ischii.
Diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul
Jarak antara bagian tengah diameter transversa sampai ke ujung os sacrum.


BIDANG HODGE

Bidang-bidang sepanjang sumbu panggul yang sejajar dengan pintu atas panggul, untuk patokan/ukuran kemajuan persalinan (penilaian penurunan presentasi janin).
Bidang Hodge I
adalah bidang pintu atas panggul, dengan batas tepi atas simfisis.
Bidang Hodge II
adalah bidang sejajar H-I setinggi tepi bawah simfisis
Bidang Hodge III
adalah bidang sejajar H-I setinggi spina ischiadica
Bidang Hodge IV
adalah bidang sejajar H-I setinggi ujung bawah os coccygis

PERKIRAAN UKURAN RATA-RATA PANGGUL WANITA NORMAL
Pintu atas panggul (pelvic inlet)
Diameter transversa (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.
Pintu tengah panggul (mid pelvis)
Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.
Pintu bawah panggul (pelvic outlet)
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm.
Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.

PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN

Pendekatan medical yaitu pendekatan dengan pencegahan terhadap penyakit. Keberhasilannya dapat dilihat pada program imunisasi dan vaksinasi. Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung. Adapun tujuan akhir ini untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dini. Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan screening takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan pencegahan medic dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
B. PENDEKATAN PERUBAHAN PERILAKU
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.
Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni :
• Aspek fisik
• Aspek psikis
• Aspek social
Perilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :
• Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
• Faktor-faktor pendukung ( enebling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
• Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Pendekatan perubahan prilaku yaitu dengan mendorong seseorang untuk menjalankan prilaku-prilaku kesehatan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup sehat. Contohnya antara lain mengajarkan orang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minum alcohol “ wajar “, mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang baik dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling baik bagi kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993). Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Informasi merupakan hal yang utama dalam promosi kesehatan, karna semua promosi kesehatan berupa informasi. Informasi merupakan salah satu sumber utama dari knowledge (pengetahuan) yang menjadi salah satu strategi dalam perubahan perilaku pada point fasilitasi (penyediaan sarana dan prasarana). Dalam strategi merubah perilaku melalui point persuasi, informasi dapat di peroleh melalui diskusi yang menjadi salah satu media promosi kesehatan.dalam stategi point paksaan juga berhubungan dengan promosi kesehatan lewat informasi, karna melalui promosi kesehatan tersebut masyarakat/sesorang dapat mngetahui ancaman berupa penyakit yang ditimbulkan jika tidak melaksanakan perilaku hidup sehat. Strategi perubahan perilaku pada point edukasi, informasi merupakan satu hal pada edukasi. Jadi promosi kesehatan memberikan informasi tentang perilaku hidup sehat ang mampu menjadi strategi dalam merubah perilaku.
Contoh Perubahan Perilaku sebagai Dampak Adanya Promosi Kesehatan
• Perubahan perilaku masyarakat dalam pencegahan HIV-AIDS
Para pengidap HIV-AIDS didampingi dan diarahkan untuk memelihara kesehatan dengan mengonsumsi obat dan vaksin, meninggalkan perilaku yang bisa menghantarkan pada penularan penyakit tersebut kepada orang lain serta memberdayakan kemampuan yang mereka miliki untuk menghilangkan stigma di tengah masyarakat.
• Perubahan perilaku masyarakat dalam penanganan lingkungan bersih dan sehat
Perilaku cuci tangan pakai sabun telah terbukti secara ilmiah dapat mengurangi angka kematian balita yang disebabkan oleh diare. Namun faktanya, masyarakat belum menyadari pentingnya penerapan praktek cuci tangan pakai sabun dalam kehidupannya sehari-hari. Pesan tentang cuci tangan pakai sabun pun mulai semarak digalakkan sebagai alat untuk mengubah perilaku masyarakat.
C. PENDEKATAN PENDIDIKAN (EDUCATIONAL)
Pendekatan educational yaitu dengan memfasilitasi individu untuk proses pembelajaran dan memberikan fasilitas penunjang. Pendekatan edukatif adalah serangkaian kegiatan untuk membantu masyarakat: mengenali dan menemukan masalah mereka sendiri, dan kemudian atas dasar rumusan masalah kesehatan yang telah mereka sepakati dikembangkanlah rencana penanggulangannya. Tujuan utama pendekatan edukatif adalah untuk mengembangkan kemampuan masyarkat sehingga masyarakat yang bersangkutan dapat memcahkan masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi dasar yang ditempuh adalah mengembangkan provider dan masyarakat. Yang dimaksud dengan provider adalah para petugas yang peduli terhadap kesehatan, utamanya petugas kesehaan yang terlibat langsung dengan masalah kesehatan masyarakat. Pengembangan provider ini bertujuan agar mereka mempunyai persamaan pandangan atau sikap positif terhadap kesehatan dan pendekatan edukatif. Secara lebih rinci pengembangan provider ini diharapkan akan menciptakan suatu kerja sama lintas sektor yang terkoordinir.
Dalam rangka mewujudkan kerjasama antar provider, dilakukan langkah-langkah:
a. Pendekatan terhadap para penjabat penentu kebijakan:
Para penjabat lintas sektor baik tingkat pusat, daerah dan lokal, terutama pejabat pemerintahan (gubernur, bupati, camat, dsb) adalah merupakan kunci kerja sama. Oleh sebabab itu dalam menggalang kerjasama dalam rangka pendekatan edukatif ini, harus dilakukan pendekatan terhadap mereka ini. Tujuan pendekatan kepada para penjabat ini adalah untuk memperoleh dukungan politis. Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan semacam ini disebut ”advocacy”.
b. Pendekatan terhadap para pelaksana dari berbagai sektor dan tingkat:
Pendekatan ini bertujuan agar para pelaksanan dilapangan dari berbagai sektor memperoleh pemahaman yang sama terhadap program atau pendekatan yang akan dilakukan. Pendekatan ini dapat dilakukan baik secara horisontal (antar sektor pada tingkat sektor yang sama), maupun secara vertikal, antara sektor yang sama di tingkat administrasi yang berbeda (diatas atau dibawahnya).
c. Pengumpulan data oleh provider tingkat kecamatan
Data adalah fakta empiris dari lapangan atau masyarakat, dan merupakan bukti bahwa masalah memang ada di masyarakat secara riil (faktual). Dari data inilah masalah ada, dan dari masalah inilah program atau kegiatan akan dimulai, karena program merupakan upaya pemecahan masalah. Oleh sebab itu, para petugas atau provider harus mengumpulkan sendiri data dan memahaminya sendiri. Manfaat data bagi provider disamping untuk mengenal masalah yang ada di masyarakat, juga merupakan pembanding (data awal) yang dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil kegiatan. Jenis data yang diperlukan antara lain:
1. Data umum, yakni data tentang kondisi geografi wilayah, demografi, pemuka masyarakat, media komunikasi yang ada, sejenisnya, dan sebagainya
2. Data khusus, yakni data dari masing-masing sektor, antara lain: data pertanian, pendidikan, kesehatan (jamban keluarga, sumber air bersih, saluran air limbah, tempat pembuangan sampah, status gizi anak balita, dan sebagainya.
3. Data perilaku, khususnya perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, misalnya: kebaiasaan buang air besar, kebiasan mandi, kebiasaan makan, perilaku pencegahan penyakit, dan sebagainya.
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuannya. orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.
D. PENDEKATAN PEMBERDAYAAN ( PENDEKATAN YANG BERPUSAT PADA KLIEN )
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses yang bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya sendiri dengan menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat sebaik mungkin. Proses tersebut menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan (people or community centered development).
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.
E. PENDEKATAN PERUBAHAN SOSIAL
Pendekatan perubahan sosial untuk memastikan bahwa sehat itu mudah dijangkau salah satunya dengan memperluas jaringan kerjasama dengan pembuat kebijakan. Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan fisik, social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku individu-individunya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.

Rabu, 10 November 2010

Pendekatan pendidikan menurut paham kognitif Pembelajaran Menurut Robert M.Gagne

Pendekatan pendidikan menurut paham kognitif
Pembelajaran Menurut Robert M.Gagne
oleh : Namin AB ( Mahasiswa Mahasiswa Pascasarjana Uhamka)

A. Pengertian Kognitif

Dibawah ini adalah beberapa pengertian kognitif menurut para ahli :

1. Pengertian kognitif menurut Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000)
Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan bahwa ” kognisi adalah istilah umumyang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penialain, dan penalaran”.

2. Pengertian kognitif menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975)
Sedangkan menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa ” kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya”. Pieget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.

3. Pengertian kognitif menurut Menurut Chaplin (2002)
Menurut Chaplin (2002) dikatakan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk mengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai

Dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menlai, dan memikirkan lingkungannya.

B. Pembelajaran menurur Robert.M.Gagne
1. Pengertian Belajar
Menurut Robert M. Gagné belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru (Syaiful, 2007:17). Gagné berpendapat bahwa belajar bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja, namun juga disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus. Gagné berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen belajar dalam proses belajar menurut Gagné merupakan situasi yang memberi stimulus yang menghasilkan respon, namun di antara stimulus dan respon tersebut terdapat hubungan yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat diamati.
Menurut Gagné ada tiga tahap dalam belajar, yaitu:
a. persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian.
b. pemerolehan dan unjuk perbuatan untuk pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
c. alih belajar yaitu pengisyaratan untuk memberlakukan secara umum
Belajar merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi atau menemukan (Hilgrad & Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007:13). Belajar juga merupakan proses berubahnya tingkah laku yang relatif permanen yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya. Proses belajar merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan, sehingga sudah banyak ahli yang mengemukakan teori-teori dan pandangan-pandangan mereka mengenai proses belajar tersebut.

2. Sistematika “Delapan tipe belajar Menurut Gagne”

Bagan delapan tipe belajar
No Tipe belajar Hasil belajar kemampuan internal Contoh prestasi berdasarkan kemampuan internal
1 Belajar sinyal (Conditioning ala pavlov) Memberikan reaksi pada perangsang (S R ) - Bunyi bel sebagai tanda akan disajikan makanan
mulut siap dengan air liur
- Kilat sebagai tanda akan suara guntur
Jantung bergetar
- Guru sejarah yang ditakuti murid
Murid tidak senang pada sejarah

2 Belajar perangsang –reaksi dengan mendapat peneguhan (Coditioning ala skiner) Memberikan reaksi pada perangsang (S R ) - Burung merpati mematuk lingkaran
Diberi makan. Akan diulang-ulang
- “coba salaman dengan paman”
Mendapat senyuman.
Akan diulang- ulang
- Guru memuji tindakan anak-anak
Murid akan cenderung mengulang

3 Belajar membentuk rangkaian gerak-gerik (Chaining motorik) Menghubungkan gerakan yang satu dengan yang lain - Membuka pintu mobil – duduk – kontrol persneling – menghidupkan mesin – menekan kopling – pasang persneling 1 – menginjak gas
- Memegang jangka bagian atas jangka dibuka- dibuat lingkaran dilepaskan – ditutup kembali diletakan
4 Belajar asosiasi verbal (Chaining verbal)
- Cap verbal
-rangkaian verbal Memberikan reaksi verbal pada suatu stimulasi/perangsang - “Meja dalam bahasa inggris apa?” “ Table”
- “Nomor teleponmu?”. 0813866xxxxx
-  Ini gambar apa Buku

5 Belajar diskriminasi yang banyak (Multiple discrimination) Memberikan reaksi yang berbeda pada stimulus-stimulus yang mempunyai kesamaan/kemiripan - meyebutkan merk mobil yang lewat di jalan
- Inilah beras putih, ini beras merah
6 Belajar konsep
(Concept learning) Menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu (klasifikasi) -“manusia, ikan paus, kera, anjing adalah mahluk menyusui”
- “Pensil, spidol, pulpen, balpoint, adalah alat-lat tulis”
7 Belajar kaidah (rule learning) Menghubungkan beberapa konsep “Benda yang bulat berguling pada alas yang miring”
- “2X8=16 –“Dua kali delapan sama dengan enam belas”
8 Belajar memecahkan problem (problem solving) Megambungkan beberapa kaidah menjadi prinsip pemecahan - menemukan cara sebuah bola berguling pada alas yang miring
- menemukan cara memperoleh energi dari tenaga atom, tanpa mencemarkan lingkungan hidup.


Keterangan :
Tipe 1 s/d 4 oleh gagne dianggap tidak begitu relevan bagi belajar di sekolah. Namun ini tidak berarti, bahwa keempat tipe sama sekali tidak berperan disekolah.(Lihat contoh). Tipe 5 s/d 8 lebih menonjol dalam belajar pada bidang kognitif yang memang diutamakan disekolah.
Tipe-tipe belajar dipandang sebagai tahap-tahap yang saling mendasari, mulai dari tahap yang bawah. Dengan demikian, tipe belajar yang dibawah menjadi landasan bagi tipe yang diatasnya, berarti bahwa orang yang tidak menguasai tipe belajar yang mendahului akan mengalami kesulitan dalam menguasai tipe belajar yang diatasnya. Adapun penjelasan pada masing-masing tipe belajar yang yang di jelaskan Gagne adalah sebagai berikut :
1. Tipe I. Belajar signal
Adalah nama yang diberikan pada cara belajar yang diteliti oleh Ivan Palvov. Yang menjadi unsur pokok dalam penelitian Palvov adalah “refleks bersyarat” (conditioning response). Suatu perangsang alamiah (uncoditioned stimulus,S1) menimbulkan secara spontan, reaksi alamiah (uncoditioned response,R1) . perangsang alamiah ini dihunubgkan dengan perangsang alamiah lain (coditioned stimulus, S2) yang secara spontan tidak menimbulkan reaksi ilmiah itu. Karena terjadi asosiasi S1 dan S2 sampai beberapa kali, akhirnya S2 menimbulkan reaksi yang sama dengan R1 atau sangat mirip dengan R1. yang terakhir inilah yang disebut ““efleks bersyarat” (conditioning response, R2) . Pola inilah yang ditemukan oleh Palvov dalam eksperimen-eksperimen yang diselenggarakannya. Misalnya seekor anjing dipasangi pipa pada kelenjar ludahnya, sehingga jumlah air liur yang dihasilkan dapat dikukur. Pada saat disajikan makanan (S1) , air liur mengalir (R1). Kemudian pada saat menjelang disajikan makanan, diberikan perangsang lain misalnya bunye bel atau sinar lampu (S2). Pola demikian diulang sampai beberapa kali. Akhirnya air liur mengalir, meskipun tidak disajikan makanan (R2) . jadi telah terbentuk asosiasi antara bunyi bel atau sinar lampu dengan disajikannya makanan, bunyi bel telah menjadi sinyal atau tanda bahwa sebentar lagi akan disajikan makanan.
2. Tipe belajar II. Belajar perangsang –reaksi dengan mendapat peneguhan (Coditioning ala skiner)
Tipe belajar ini telah diselediki oleh skiner, yang menjadi unsur pokok dalam pola belajar ini ialah “peneguhan” atau “penguatan” (reinforcement). Dalam pola belajar ini dibentuk hubungan antara suatu perangsang dan suatu reaksi, berdasarkan efek yang mengikuti pemberinyan reaksi tertentu. Pola belajar pada tahap ini contohnya bila anak kecil mulai mengoceh dan mengeluarkan bunyi-bunyian yang menyerupai kata “mama’ atau “papa” orang tua memuji anak itu, membenarkan ucapannya dan memuji kembali bila anak mengeluarkan kata-kata yang tepat. Akhirnya terbentuk ucapan kata”mama” atau “papa” yang tepat.


3. Tipe belajar III. Belajar membentuk rangkaian gerak-gerik (Chaining motorik)
Tipe belajar ini adalah membentuk suatu rangkaian motorik, dimana sejumlah gerakan tertentu dilakukan dalam urutan tertentu. Misalnya, masing – masing perbuatan menutup kancing – kancing baju, mengikat tali sepatu dan memasang dasi di sekeliling leher, merupakan suatu rangkaian gerakan yang menjadi komponen dalam keterampilan motorik mengenakan pakaian. Unsur –unsur dalam masing – masing rangkaian gerakan, kiranya berfungsi sebagai perangsang (stimulus) dan reaksi (response). Contoh gambar gerakan rangkaian dibawah ini :


S R
S R
S R dan seterusnya

Setiap reaksi (R) menjadi perangsang (S) untuk reaksi beikutnya, dalam kaitan waktu yang sangat dekat.


4. Tipe IV. Belajar asosiasi verbal (Chaining verbal)

Dalam tipe belajar ini terbentuk hubungan antara perangsang dengan suatu reaksi verbal, misalnya antara beda yang berkaki empat dan kata “meja” (cap verbal) . reaksi verbal terhadap perangsang verbal, boleh jadi terdiri atas suatu kata saja, boleh jadi atas suatu rabgkaian kata-kata yang cukup panjang, dimana masing – masing kata atau bagian kalimat mulai berfungsi sebagai suatu perangsang dan reaksi. Contoh lain misalnya melihat gambar buku kemudian terucap dengan verbal kata “Buku”.

5. Tipe V . Belajar diskriminasi yang banyak (Multiple discrimination)
Hasil dari cara belajar ini ialah kemampuan untuk membeda-bedakan antara obyek-obyek yang terdapat dalam lingkungan fisik yang berbeda. Kemampuan ini berdasarkan hasil pengamatan yaitu fungsi untuk mengenal dunia real yang berbadan. Hasil pengamatan disebut persepsi inilah dikenal ciri- ciri fisik dari obyek, yaitu warnanya, bentuknya, dapat diamati dan membedakan dari obyek yang lain. Contohnya meyebutkan merk mobil yang lewat di jalan.

6. Tipe VI. Belajar konsep (Concept learning)
Belajar konsep adalah corak belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pada berbagai objek. Dengan menguasai konsep, ia dapat menggolongkan manusia menurut hubungan kekeluargaan, atau mengelompokan manusia, ikan paus, kera, anjing adalah mahluk menyusui.

7. Tipe VII. Belajar kaidah (rule learning)

Cara belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep. Pengungkapan hubungan atau relasi tetap diantara kon sep – konsep itu, biasanya, dutuangkan dalam bentuk suatu kalimat. Misalnya kalimat “Air’ yang dimasukan dalam ruang yang bersuhu kurang dari nol derajat celcius akan nembeku.

8. Tipe VIII. Belajar memecahkan problem (problem solving)

Cara belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat dipergunakan dalam pemecahan masalah suatu problem. Problem yang dihadapi akan dapat dipecahkan dengan mengubung – hubungkan beberapa kaidah sedemikian rupa terbentuk suatu kaidah yang lebih tinggi, yang oleh gagne disebut “higher-order rule” dan kerap dilahirkan sebagai hasil berfikir, bila orang menghadapi suatu problem untuk dipecahkan. Misalnya orang telah menemukan cara mencegah sebuah bola berguling dalam alas yang miring, mungkin sekali telah menngunakan dua kaidah itu.


Sistematika “Delapan tipe belajar” kemudian diganti oleh gagne dengan sistematika lain. Dengan demikian sistematika terdahulu tidak aktual lagi, namun tetap mempunyai nilai historis, karena didalamnya terkandung dua keyakinan yang tetap dipegang oleh gagne, yaitu bentuk/jenis belajar berjumlah jauh lebih dari satu saja, dan hasil belajar yang satu menjadi landasan untuk belajar hasil yang lain (urutan hirarkis).



3. Sistematika “ Lima jenis belajar”
a. Informasi verbal (verbal information). Yang dimaksud adalah pengetahuan yang dimilki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis. Pengetahuan itu diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa juga, lisan atau tertulis. Informasi verbal meliputi :
- Cap verbal : kata yang dimilki seseorang untuk menunjuk pada obyek – obyek yang dihadapi, misalnya kata ”kursi” untuk benda tertentu.
- Data/Fakta : kenyataan yang diketahui, misalnya “Negara Indonesia di lalui khatulistiwa”
Jadi yang memiliki pengetahuan tertentu, berkemampuan untuk menuangkan pengetahuan itu dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat dikomunikasikan pula kepada orang lain.

b. Kemahiran Intelektual (Intelektual skill). Yang dimaksud ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lamabang/simbol ( huruf, angka, kata, gambar). Misalnya seseorang akan menempuh ujian mengemudi untuk memperoleh suarat izin mengemudi A. ujian itu biasanya terdiri atas dua bagian, yaitu praktek dan teori. Kategori kemahiran itelektual terbagi lagi atas empat subkemampuan yaitu sebagai berikut :

a). Diskriminasi jamak (multiple descrimination). Beradasarkan pengamatan yang cermat terhadap sebagai obyek, orang mampu membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain. Selama mengamati bentuk berbagai persep, yaitu hasil mental dari pegamatan, yang didalamnya tanggapan sebagai represntasi berperaga mungkin sekali memegang peranan.

b). Konsep (concept). Konsep atau suatu pengertian ialah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri sama. Orang yang memilki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap obyek – obyek yang dihadapi, sehingga obyek ditempatkan dalam kelompok tertentu (klasifikasi). Konsep dibedakan menjadi dua yaitu konsep yang konkret dan konsep yang haruds didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada obyek-obyek dalam lingkungan fisik. Konsep itu mewakili golongan benda tertentu, seperti meja, kursi pohon dan lain sebagainya. Selanjutnya yang disebut konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Contohnya adalah membedakan kaka sepu dan adik sepupu kemudian dua – duanya didefinisikan.

c). Kaidah (Rule). Bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seorang anak yang berkata “Benda yang bulat berguling dialas miring” telah menguasi konsep “benda” , “bulat”, “miring”, dan “berguling”. Dan menetukan adanya suatu relasi setiap tetap anatara kelima konsep itu.

d). Prinsip (Higher – Order rule). Dalam prinsip ini telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Kaidah semacam itu, disini disebut “prinsip”. Berdasarkan prinsip yang dipegang, orang mampu memecahkan suatu problem dan kemudian menerapkan prisip itu pada problem yang sejenis.

C. Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy). Kemampuan ini merupakan suatu kemahiran yang berbeda sifat dengan kemahiran – kemahiran intelektual yang dibahas sebelumnya. Maka diberi nama tersendiri, supaya tidak dicampur adukan dengan konsep dan kaidah. Orang yang memilki kemampuan ini, dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berfikir. Ruang gerak pengaturan kegiatan kognitif adalah aktivitas mentalnya sendiri, sedangkan ruang gerak kemahiran itelektual ialah representasi dalam kesadaran terhadap lingkungan hidup dan diri sendiri.



D. Keterampilan motorik ( Motorik skill). Orang yang memilki suatu keterampilan motorik mampu, melakukan suatu rangkaian gerak – gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan megadakan koordinasi antara gerak – gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam ini disebut “motorik”, karena otot, urat dan persendian, terlibat secara langsung, sehingga keterampilan sungguh – sungguh berakar dalam kejasmanian. Ciri khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak – gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu. Misalnya, seorang sopir mobil sudah menguasai keterampilan mengendarai kendaraanya sedemikian rupa, sehingga konsentrasinya tidak seluruhnya termakan oleh peralatan mengendarai dan perhatiannya dapat dipusatkan pada arus lalu lintas jalan.
E. Sikap (attiude). Orang yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna/berharga baginya atau tidak. Bila obyek dinilai “baik untuk saya” dia mempunyai sikap positif, bila obyek dinilai “jelek untuk saya” dia mempunyai sikap negatif. Misalnya siswa yang memandang belajar disekolah sebagai suatu yang sangat bermanfaat baginya, memilki sikap yang positif terhadap belajar disekolah sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat baginya, dan sebaliknya. Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih - lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memilki sikap jelas, mampu memilih secara tegas dianatara beberapa kemungkinan.










C. Kesimpulan
Setelah diuraikan pembahasan diatas maka perlu diselediki seberapa jauh terdapat hubungan anatara sistematika “Delapan tipe belajar” dan sistematika “Lima jenis belajar” yang kedua – duanya dikembangkan oleh gagne, mengingat bahwa sistematika pertama dikembangkan beberapa tahun sebelum sistematika kedua, harus dilihat samapai seberapa jauh kedelapan tipe belajar dapat ditemukan kembali dalam kelima jenis belajar. Kalau dibandingkan, ternyata bahwa hasil belajar I, II, dan VI tertampung dalam sikap, melalui aspek afektif, konotatif dan kognitif dalam sikap. Hasil tipe belajar III tertampung dalam keterampilan motorik, melalui terbentuknya rangkaian gerak-gerik. Hasil tipe belajar IV tertampung dalam informasi verbal, melalui pemberian cap verbal dan terbentuknya rangkaian verbal. Hasilnya tipe belajar V, VI, VII dan VIII tertampung dalam kemahiran intelektual, melalui konsep, kaidah dan prinsip. Dengan demikian, jelaslah bahwa kedua sistematika itu tidak berdiri lepas yang satu dari yang lain, meskipun sistematika “lima jenis belajar” lebih bermanfaat untuk diterapkan dalam menganalisa proses belajar disekolah, karena dibedakan dengan tegas antara aspek “hasil” dan aspek”proses” dalam suatu jenis belajar.


referensi :
1.http://pendidikan-info.blogspot.com/2010/01/pendekatan-pendidikan-menurut-paham.html

Tiba-Tiba dan Tanpa di sengaja

Mungkin.....
selalu nya kata mungkin...
dan mungkin...
apa itu benar adanya atau nggak...
yah hanya aku, kamu dan Tuhan yang tau...

seperti lagunya GIGI
berawal dari facebook baru ku..

namun  bukan dari facebook baruku...
melainkan dari facebook baru mu..
kau datang dengan cara tiba-tiba...

berawal dari kesengajaan berkenalan lewat jaringan itu..

rasa-rasanya... apa yah...
aduh..gw nulis apaan sih ini... :*:*:*
kagak jelas dari mana asalnya..
aku sayang kamu... pratama...