Rabu, 10 November 2010

Pendekatan pendidikan menurut paham kognitif Pembelajaran Menurut Robert M.Gagne

Pendekatan pendidikan menurut paham kognitif
Pembelajaran Menurut Robert M.Gagne
oleh : Namin AB ( Mahasiswa Mahasiswa Pascasarjana Uhamka)

A. Pengertian Kognitif

Dibawah ini adalah beberapa pengertian kognitif menurut para ahli :

1. Pengertian kognitif menurut Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000)
Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan bahwa ” kognisi adalah istilah umumyang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penialain, dan penalaran”.

2. Pengertian kognitif menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975)
Sedangkan menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa ” kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya”. Pieget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.

3. Pengertian kognitif menurut Menurut Chaplin (2002)
Menurut Chaplin (2002) dikatakan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk mengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai

Dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menlai, dan memikirkan lingkungannya.

B. Pembelajaran menurur Robert.M.Gagne
1. Pengertian Belajar
Menurut Robert M. Gagné belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru (Syaiful, 2007:17). Gagné berpendapat bahwa belajar bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja, namun juga disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus. Gagné berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen belajar dalam proses belajar menurut Gagné merupakan situasi yang memberi stimulus yang menghasilkan respon, namun di antara stimulus dan respon tersebut terdapat hubungan yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat diamati.
Menurut Gagné ada tiga tahap dalam belajar, yaitu:
a. persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian.
b. pemerolehan dan unjuk perbuatan untuk pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
c. alih belajar yaitu pengisyaratan untuk memberlakukan secara umum
Belajar merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi atau menemukan (Hilgrad & Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007:13). Belajar juga merupakan proses berubahnya tingkah laku yang relatif permanen yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya. Proses belajar merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan, sehingga sudah banyak ahli yang mengemukakan teori-teori dan pandangan-pandangan mereka mengenai proses belajar tersebut.

2. Sistematika “Delapan tipe belajar Menurut Gagne”

Bagan delapan tipe belajar
No Tipe belajar Hasil belajar kemampuan internal Contoh prestasi berdasarkan kemampuan internal
1 Belajar sinyal (Conditioning ala pavlov) Memberikan reaksi pada perangsang (S R ) - Bunyi bel sebagai tanda akan disajikan makanan
mulut siap dengan air liur
- Kilat sebagai tanda akan suara guntur
Jantung bergetar
- Guru sejarah yang ditakuti murid
Murid tidak senang pada sejarah

2 Belajar perangsang –reaksi dengan mendapat peneguhan (Coditioning ala skiner) Memberikan reaksi pada perangsang (S R ) - Burung merpati mematuk lingkaran
Diberi makan. Akan diulang-ulang
- “coba salaman dengan paman”
Mendapat senyuman.
Akan diulang- ulang
- Guru memuji tindakan anak-anak
Murid akan cenderung mengulang

3 Belajar membentuk rangkaian gerak-gerik (Chaining motorik) Menghubungkan gerakan yang satu dengan yang lain - Membuka pintu mobil – duduk – kontrol persneling – menghidupkan mesin – menekan kopling – pasang persneling 1 – menginjak gas
- Memegang jangka bagian atas jangka dibuka- dibuat lingkaran dilepaskan – ditutup kembali diletakan
4 Belajar asosiasi verbal (Chaining verbal)
- Cap verbal
-rangkaian verbal Memberikan reaksi verbal pada suatu stimulasi/perangsang - “Meja dalam bahasa inggris apa?” “ Table”
- “Nomor teleponmu?”. 0813866xxxxx
-  Ini gambar apa Buku

5 Belajar diskriminasi yang banyak (Multiple discrimination) Memberikan reaksi yang berbeda pada stimulus-stimulus yang mempunyai kesamaan/kemiripan - meyebutkan merk mobil yang lewat di jalan
- Inilah beras putih, ini beras merah
6 Belajar konsep
(Concept learning) Menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu (klasifikasi) -“manusia, ikan paus, kera, anjing adalah mahluk menyusui”
- “Pensil, spidol, pulpen, balpoint, adalah alat-lat tulis”
7 Belajar kaidah (rule learning) Menghubungkan beberapa konsep “Benda yang bulat berguling pada alas yang miring”
- “2X8=16 –“Dua kali delapan sama dengan enam belas”
8 Belajar memecahkan problem (problem solving) Megambungkan beberapa kaidah menjadi prinsip pemecahan - menemukan cara sebuah bola berguling pada alas yang miring
- menemukan cara memperoleh energi dari tenaga atom, tanpa mencemarkan lingkungan hidup.


Keterangan :
Tipe 1 s/d 4 oleh gagne dianggap tidak begitu relevan bagi belajar di sekolah. Namun ini tidak berarti, bahwa keempat tipe sama sekali tidak berperan disekolah.(Lihat contoh). Tipe 5 s/d 8 lebih menonjol dalam belajar pada bidang kognitif yang memang diutamakan disekolah.
Tipe-tipe belajar dipandang sebagai tahap-tahap yang saling mendasari, mulai dari tahap yang bawah. Dengan demikian, tipe belajar yang dibawah menjadi landasan bagi tipe yang diatasnya, berarti bahwa orang yang tidak menguasai tipe belajar yang mendahului akan mengalami kesulitan dalam menguasai tipe belajar yang diatasnya. Adapun penjelasan pada masing-masing tipe belajar yang yang di jelaskan Gagne adalah sebagai berikut :
1. Tipe I. Belajar signal
Adalah nama yang diberikan pada cara belajar yang diteliti oleh Ivan Palvov. Yang menjadi unsur pokok dalam penelitian Palvov adalah “refleks bersyarat” (conditioning response). Suatu perangsang alamiah (uncoditioned stimulus,S1) menimbulkan secara spontan, reaksi alamiah (uncoditioned response,R1) . perangsang alamiah ini dihunubgkan dengan perangsang alamiah lain (coditioned stimulus, S2) yang secara spontan tidak menimbulkan reaksi ilmiah itu. Karena terjadi asosiasi S1 dan S2 sampai beberapa kali, akhirnya S2 menimbulkan reaksi yang sama dengan R1 atau sangat mirip dengan R1. yang terakhir inilah yang disebut ““efleks bersyarat” (conditioning response, R2) . Pola inilah yang ditemukan oleh Palvov dalam eksperimen-eksperimen yang diselenggarakannya. Misalnya seekor anjing dipasangi pipa pada kelenjar ludahnya, sehingga jumlah air liur yang dihasilkan dapat dikukur. Pada saat disajikan makanan (S1) , air liur mengalir (R1). Kemudian pada saat menjelang disajikan makanan, diberikan perangsang lain misalnya bunye bel atau sinar lampu (S2). Pola demikian diulang sampai beberapa kali. Akhirnya air liur mengalir, meskipun tidak disajikan makanan (R2) . jadi telah terbentuk asosiasi antara bunyi bel atau sinar lampu dengan disajikannya makanan, bunyi bel telah menjadi sinyal atau tanda bahwa sebentar lagi akan disajikan makanan.
2. Tipe belajar II. Belajar perangsang –reaksi dengan mendapat peneguhan (Coditioning ala skiner)
Tipe belajar ini telah diselediki oleh skiner, yang menjadi unsur pokok dalam pola belajar ini ialah “peneguhan” atau “penguatan” (reinforcement). Dalam pola belajar ini dibentuk hubungan antara suatu perangsang dan suatu reaksi, berdasarkan efek yang mengikuti pemberinyan reaksi tertentu. Pola belajar pada tahap ini contohnya bila anak kecil mulai mengoceh dan mengeluarkan bunyi-bunyian yang menyerupai kata “mama’ atau “papa” orang tua memuji anak itu, membenarkan ucapannya dan memuji kembali bila anak mengeluarkan kata-kata yang tepat. Akhirnya terbentuk ucapan kata”mama” atau “papa” yang tepat.


3. Tipe belajar III. Belajar membentuk rangkaian gerak-gerik (Chaining motorik)
Tipe belajar ini adalah membentuk suatu rangkaian motorik, dimana sejumlah gerakan tertentu dilakukan dalam urutan tertentu. Misalnya, masing – masing perbuatan menutup kancing – kancing baju, mengikat tali sepatu dan memasang dasi di sekeliling leher, merupakan suatu rangkaian gerakan yang menjadi komponen dalam keterampilan motorik mengenakan pakaian. Unsur –unsur dalam masing – masing rangkaian gerakan, kiranya berfungsi sebagai perangsang (stimulus) dan reaksi (response). Contoh gambar gerakan rangkaian dibawah ini :


S R
S R
S R dan seterusnya

Setiap reaksi (R) menjadi perangsang (S) untuk reaksi beikutnya, dalam kaitan waktu yang sangat dekat.


4. Tipe IV. Belajar asosiasi verbal (Chaining verbal)

Dalam tipe belajar ini terbentuk hubungan antara perangsang dengan suatu reaksi verbal, misalnya antara beda yang berkaki empat dan kata “meja” (cap verbal) . reaksi verbal terhadap perangsang verbal, boleh jadi terdiri atas suatu kata saja, boleh jadi atas suatu rabgkaian kata-kata yang cukup panjang, dimana masing – masing kata atau bagian kalimat mulai berfungsi sebagai suatu perangsang dan reaksi. Contoh lain misalnya melihat gambar buku kemudian terucap dengan verbal kata “Buku”.

5. Tipe V . Belajar diskriminasi yang banyak (Multiple discrimination)
Hasil dari cara belajar ini ialah kemampuan untuk membeda-bedakan antara obyek-obyek yang terdapat dalam lingkungan fisik yang berbeda. Kemampuan ini berdasarkan hasil pengamatan yaitu fungsi untuk mengenal dunia real yang berbadan. Hasil pengamatan disebut persepsi inilah dikenal ciri- ciri fisik dari obyek, yaitu warnanya, bentuknya, dapat diamati dan membedakan dari obyek yang lain. Contohnya meyebutkan merk mobil yang lewat di jalan.

6. Tipe VI. Belajar konsep (Concept learning)
Belajar konsep adalah corak belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pada berbagai objek. Dengan menguasai konsep, ia dapat menggolongkan manusia menurut hubungan kekeluargaan, atau mengelompokan manusia, ikan paus, kera, anjing adalah mahluk menyusui.

7. Tipe VII. Belajar kaidah (rule learning)

Cara belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep. Pengungkapan hubungan atau relasi tetap diantara kon sep – konsep itu, biasanya, dutuangkan dalam bentuk suatu kalimat. Misalnya kalimat “Air’ yang dimasukan dalam ruang yang bersuhu kurang dari nol derajat celcius akan nembeku.

8. Tipe VIII. Belajar memecahkan problem (problem solving)

Cara belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat dipergunakan dalam pemecahan masalah suatu problem. Problem yang dihadapi akan dapat dipecahkan dengan mengubung – hubungkan beberapa kaidah sedemikian rupa terbentuk suatu kaidah yang lebih tinggi, yang oleh gagne disebut “higher-order rule” dan kerap dilahirkan sebagai hasil berfikir, bila orang menghadapi suatu problem untuk dipecahkan. Misalnya orang telah menemukan cara mencegah sebuah bola berguling dalam alas yang miring, mungkin sekali telah menngunakan dua kaidah itu.


Sistematika “Delapan tipe belajar” kemudian diganti oleh gagne dengan sistematika lain. Dengan demikian sistematika terdahulu tidak aktual lagi, namun tetap mempunyai nilai historis, karena didalamnya terkandung dua keyakinan yang tetap dipegang oleh gagne, yaitu bentuk/jenis belajar berjumlah jauh lebih dari satu saja, dan hasil belajar yang satu menjadi landasan untuk belajar hasil yang lain (urutan hirarkis).



3. Sistematika “ Lima jenis belajar”
a. Informasi verbal (verbal information). Yang dimaksud adalah pengetahuan yang dimilki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis. Pengetahuan itu diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa juga, lisan atau tertulis. Informasi verbal meliputi :
- Cap verbal : kata yang dimilki seseorang untuk menunjuk pada obyek – obyek yang dihadapi, misalnya kata ”kursi” untuk benda tertentu.
- Data/Fakta : kenyataan yang diketahui, misalnya “Negara Indonesia di lalui khatulistiwa”
Jadi yang memiliki pengetahuan tertentu, berkemampuan untuk menuangkan pengetahuan itu dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat dikomunikasikan pula kepada orang lain.

b. Kemahiran Intelektual (Intelektual skill). Yang dimaksud ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lamabang/simbol ( huruf, angka, kata, gambar). Misalnya seseorang akan menempuh ujian mengemudi untuk memperoleh suarat izin mengemudi A. ujian itu biasanya terdiri atas dua bagian, yaitu praktek dan teori. Kategori kemahiran itelektual terbagi lagi atas empat subkemampuan yaitu sebagai berikut :

a). Diskriminasi jamak (multiple descrimination). Beradasarkan pengamatan yang cermat terhadap sebagai obyek, orang mampu membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain. Selama mengamati bentuk berbagai persep, yaitu hasil mental dari pegamatan, yang didalamnya tanggapan sebagai represntasi berperaga mungkin sekali memegang peranan.

b). Konsep (concept). Konsep atau suatu pengertian ialah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri sama. Orang yang memilki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap obyek – obyek yang dihadapi, sehingga obyek ditempatkan dalam kelompok tertentu (klasifikasi). Konsep dibedakan menjadi dua yaitu konsep yang konkret dan konsep yang haruds didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada obyek-obyek dalam lingkungan fisik. Konsep itu mewakili golongan benda tertentu, seperti meja, kursi pohon dan lain sebagainya. Selanjutnya yang disebut konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Contohnya adalah membedakan kaka sepu dan adik sepupu kemudian dua – duanya didefinisikan.

c). Kaidah (Rule). Bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seorang anak yang berkata “Benda yang bulat berguling dialas miring” telah menguasi konsep “benda” , “bulat”, “miring”, dan “berguling”. Dan menetukan adanya suatu relasi setiap tetap anatara kelima konsep itu.

d). Prinsip (Higher – Order rule). Dalam prinsip ini telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Kaidah semacam itu, disini disebut “prinsip”. Berdasarkan prinsip yang dipegang, orang mampu memecahkan suatu problem dan kemudian menerapkan prisip itu pada problem yang sejenis.

C. Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy). Kemampuan ini merupakan suatu kemahiran yang berbeda sifat dengan kemahiran – kemahiran intelektual yang dibahas sebelumnya. Maka diberi nama tersendiri, supaya tidak dicampur adukan dengan konsep dan kaidah. Orang yang memilki kemampuan ini, dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berfikir. Ruang gerak pengaturan kegiatan kognitif adalah aktivitas mentalnya sendiri, sedangkan ruang gerak kemahiran itelektual ialah representasi dalam kesadaran terhadap lingkungan hidup dan diri sendiri.



D. Keterampilan motorik ( Motorik skill). Orang yang memilki suatu keterampilan motorik mampu, melakukan suatu rangkaian gerak – gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan megadakan koordinasi antara gerak – gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam ini disebut “motorik”, karena otot, urat dan persendian, terlibat secara langsung, sehingga keterampilan sungguh – sungguh berakar dalam kejasmanian. Ciri khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak – gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu. Misalnya, seorang sopir mobil sudah menguasai keterampilan mengendarai kendaraanya sedemikian rupa, sehingga konsentrasinya tidak seluruhnya termakan oleh peralatan mengendarai dan perhatiannya dapat dipusatkan pada arus lalu lintas jalan.
E. Sikap (attiude). Orang yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna/berharga baginya atau tidak. Bila obyek dinilai “baik untuk saya” dia mempunyai sikap positif, bila obyek dinilai “jelek untuk saya” dia mempunyai sikap negatif. Misalnya siswa yang memandang belajar disekolah sebagai suatu yang sangat bermanfaat baginya, memilki sikap yang positif terhadap belajar disekolah sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat baginya, dan sebaliknya. Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih - lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memilki sikap jelas, mampu memilih secara tegas dianatara beberapa kemungkinan.










C. Kesimpulan
Setelah diuraikan pembahasan diatas maka perlu diselediki seberapa jauh terdapat hubungan anatara sistematika “Delapan tipe belajar” dan sistematika “Lima jenis belajar” yang kedua – duanya dikembangkan oleh gagne, mengingat bahwa sistematika pertama dikembangkan beberapa tahun sebelum sistematika kedua, harus dilihat samapai seberapa jauh kedelapan tipe belajar dapat ditemukan kembali dalam kelima jenis belajar. Kalau dibandingkan, ternyata bahwa hasil belajar I, II, dan VI tertampung dalam sikap, melalui aspek afektif, konotatif dan kognitif dalam sikap. Hasil tipe belajar III tertampung dalam keterampilan motorik, melalui terbentuknya rangkaian gerak-gerik. Hasil tipe belajar IV tertampung dalam informasi verbal, melalui pemberian cap verbal dan terbentuknya rangkaian verbal. Hasilnya tipe belajar V, VI, VII dan VIII tertampung dalam kemahiran intelektual, melalui konsep, kaidah dan prinsip. Dengan demikian, jelaslah bahwa kedua sistematika itu tidak berdiri lepas yang satu dari yang lain, meskipun sistematika “lima jenis belajar” lebih bermanfaat untuk diterapkan dalam menganalisa proses belajar disekolah, karena dibedakan dengan tegas antara aspek “hasil” dan aspek”proses” dalam suatu jenis belajar.


referensi :
1.http://pendidikan-info.blogspot.com/2010/01/pendekatan-pendidikan-menurut-paham.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar